#LOOCALISM : 1st WRITING EVENT
#LOOCALISM : 1st WRITING EVENT
⚠️ Cerita ini tidak ada hubungan dengan karakter utama. ⚠️
⚠️ Cerita ini tidak ada hubungan dengan karakter utama. ⚠️
————————
⚠️ Warn! Lil bit NSFW! ⚠️
.
"Kamu aman di sini, keluargamu akan kami ungsikan di tempat lain," ucap Hilbram padanya sebelum kereta itu pergi meninggalkan rumah tua tersebut.
Yah, pemberontakan terjadi dan memakan banyak korban. Mau tak mau, Kenjira harus berpisah dengan keluarganya, ditempat kosong ini sendirian. Kadang ia membenci Hilbram karena mengambil keputusan tanpa sepengetahuan atau persetujuannya, sudahlah. Sudah terhitung 4 hari semenjak kakinya menapak dirumah ini dan tubuhnya tersender pada ranjang.
"Aku pernasaran, kenapa rumah ini kosong. Bahkan tak ada satupun tetangga. Hanya orang lewat dan pedati yang membawa persediaan," monolog nya.
Kaki nya menapak di dapur. Oven tua, kettle dan kompor yang berdebu. Benar-benar tidak terurus, buffet di dapur itu pun nampak jaring laba-laba, pengap dan lembap. Netra nya tertarik pada salah satu buffet dengan ornamen khas yunani kuno, begitu indah dengan Hades pada ukirannya.
BRAK!!
Rupanya anggapan nya salah mengenai buffet tersebut. Mereka adalah pintu, ah bukan. Buffet dengan ukiran Hades lah yang pintu, buffet lain menyimpan buku dengan lambang-lambang aneh. Salib terbalik, lingkaran dan bintang, kepala kambing, topeng rusa, dan ugh ... Aku yakin kalian tak akan sanggup untuk melihat yang satu itu.
—
Bukan Kenjira namanya bila ia tidak menyusuri lebih dalam. "Hey, ayolah! Ini pasti bunker atau ruang penyimpanan biasa! Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Setidaknya begitu pikirannya sekarang.
Semakin dalam, bau semakin anyir. Sesuatu yang cair menyentuh sol sepatu nya, benda-benda kecil juga ada pada benda cair itu.
DUG!
Salahkan si pembuat rumah meletakkan pintu tanpa lampu. Pintu kayu bertuliskan, "Αιματηρός λαβύρινθος."¹ Heh, itu pertama kalinya dalam seumur hidup menemukan sebuah tulisan dengan aksara yang tidak sama sekali ia mengerti.
"Buka atau tidak? Buka."
Pintu dibuka, bau anyir benar-benar kuat. Dengan modal kerah kemeja, ia menutup indra penciumannya walau anyir masih terasa. Obor tiba-tiba menyala, ruangan ini sama seperti jalan tadi. Hanya saja lebih lebar dan lebih anyir dari sebelumnya.
Langkah demi langkah ia menyusuri jalan tersebut dengan bermodal sebuah obor yang dibawanya ketika masuk. Suara-suara aneh mulai terdengar, gemerincing rantai, cakaran, serangga, pipa air yang bocor bahkan raungan yang tak jelas dari mana.
Kakinya merasakan tanah bergetar. Bukan, ini bukan gempa. Lebih seperti ada yang mengejar. Kenjira menoleh, sial! Ia harus lari! Lari secepat yang ia bisa!
"SIAPA YANG MEMELIHARA HARIMAU DI TEMPAT SEPERTI INI?!!" Lari. Itulah yang harus dilakukannya, tak peduli bagaimana, ia tak boleh termakan Harimau lapar itu. Jangan. Tidak sampai ia menemukan cara keluar.
Setelah dirasa aman, ia berhenti. Untuk bernafas. Tidak ada air yang bisa diminum, air kakinya terlalu kotor untuk diminum. Ia melanjutkan 'penjelajahan' mengambil jalur kanan.
Bodoh jika ia percaya 'Kanan itu baik.' Nyatanya dihadapannya ada 7 cabang lagi, oh tuhan ini gila. Suara yang memprihatinkan mulai bersahutan. Panggilan mulai keluar, tak jarang mengumpat.
"Kenjira!!"
"Kenjira tolong aku!!"
"Ini ibu, kemari!!"
"Jangan percaya, aku ibu mu!!"
"Mereka berdua iblis, aku adalah ibumu, sayang!"
Suara sama persis dengan ibu. Tak mungkin, ini pasti mimpi. Ibu ada ditempat lain bersama adik-adik nya yang lain. Tak mungkin.
"Ini ibu, sayang. Lelaki itu berbohong! Mereka mengurung kami disini!" suara cabang 1.
"Tidak! Dia berbohong! Mereka tidak mengurung kami, mereka memindahkan kami karena kau ada disini!" sahut cabang 5.
"Tidak, kak! Kami yang meminta mu untuk diungsikan kesini bersama kami!" ucap cabang 7.
Sekarang apa?! Adik kecilnya, Yuukana. Tidak. Yuukana tidak pernah berbohong, tidak sekalipun.
"Kakak, aku tahu kau percaya padaku. Aku tidak pernah berbohong padamu, kau pun tahu itu. Tolong percaya padaku," ucapnya lagi.
"Yuukana itu palsu, kak! Aku Yuukana yang asli! Dia berbohong!"
"Kenjira, mereka berbohong. Aku tahu aku selalu memutuskan tanpa bertanya, tapi tolong percaya aku sekarang."
Yuukana ada 2, tiba-tiba Hilbram. Rasanya gila, benar-benar gila. Suara terus bersahutan, mengelak satu sama lain bahwa mereka adalah yang asli. Kepalanya sakit, ia tak tahan. Semakin sesak, ia tak bisa mengatur nafas nya. Ini menyakitkan, dirinya seolah menolak fakta bahwa ia sendirian di persimpangan ini.
"Ibu .... aku takut, hiks. Tolong jemput aku .... hiks, aku ketakutan ...."
"Aku k-kesulitan bernafas .... hiks, ibu ...."
Baju yang dikenakan basah sepenuhnya. Tak hanya karena air kotor yang dibawah, air mata juga membasahi. Ia benar-benar kacau, ini tak masuk akal. Ia ingin mati, sungguh ini semua tak bisa lagi ia tanggung. Lututnya menopang kepala, ia tak kuat lagi sekedar untuk berucap, bahkan untuk yakin ini mimpi saja tak bisa.
"Menyakitkan bukan? Aku tahu, maafkan aku sebelum nya." "Tempat ini terlarang, kau pasti sudah baca tanda di depan, kecuali jika kau buta. Selamat datang di Labirin Berdarah, Kenjira."
Tangan yang memegang pundaknya terasa berat. Sesak, itu yang dirasakannya sekarang. Tak ada lagi nafas untuk berfikir, suara mengerikan menyeru dalam benaknya. Ini, menyakitkan.
—
"Kau tahu soal wanita yang ditemukan pagi ini? Keadaannya memprihatinkan."
"Yah, sayang sekali. Dia cantik, namun gila."
"Kudengar ia masuk ke Labirin Berdarah, itu yang membuatnya gila."
"Orang-orang berpendidikan apa tidak bisa menghormati adat yang ada?"
/ /
Αιματηρός λαβύρινθος¹ : Labirin Berdarah.
— Kenjira.
Komentar
Posting Komentar