Tindak Medhal




"Kamu bener mau pergi? Kamu inget kata Eyang kan?" ucapnya menelisik barang yang dikemasi Kenjira.

"Eyang kek nya udah ga peduli sama aku lagi, jadi semisal aku pergi, it doesnt effect for her deh."

"Terus ayahmu?"

Tangannya berhenti memilah pakaian, hembusan berat keluar dari hidung nya. Nampak kekecewaan di mata si gadis.

"Apalagi ayah, dia juga ga bakal peduli sih. Selagi, pemikiran Eyang sama Ayah itu ga beda."

Kiragaku terduduk diujung ranjang Kenjira, memperhatikan pemilik kamar sibuk mengemas barang nya. Kamar Kenjira itu cantik, selagi ia anak satu-satunya. Ditambah gadis itu merupakan 'ningrat', hidupnya seperti putri.

"Aku kadang iri sama kamu, Kir. Orang tua mu bebas, apa yang kamu mau dituruti dan ga dipaksakan kehendak."

"Kamu sendiri enak, apa-apa dituruti. Kamu mau apa, langsung ada."

Ujung bibir nya naik mendengar ucapan Kiragaku. Jika dibilang tidak bersyukur, tentu ia bersyukur.

"Ah, apa enak nya." "Mungkin iya secara finansial, tapi kalau hidupmu harus diatur, apa enak?"

"Hidup kan memang harus beraturan, Kenjira."

Tidak salah. Tapi bukan begitu.

"Aturan nya berbeda. Disaat kamu ingin mengejar cita, tapi mereka memaksa untuk diam." "Aku gasuka, Kir."

Kiragaku paham tentang hal itu. Karena hal itu pula Kenjira pergi, menentang aturan yang ada.

"Apa tindakan mu ga berlebihan? Masalahnya, kemarin kamu sampai bertengkar sama Eyang, loh. Kamu jadi bahan bicaraan keluarga besar."

"Apa Eyang mengungkit Bunda lagi karena perbedaan kasta juga ga berlebihan? Didepan cucunya, loh." "Dia bilang, Bunda cuma beruntung dapet Ayah. Kalau ga dapet Ayah, mungkin Bunda masih jadi karyawan pabrik."

Tak ada sepatah kata lagi keluar dari kedua nya. Sama-sama diam dan sibuk dengan pikirannya, kalut dalam ucapan.

"Terus, kapan kamu berangkat?"

"Lusa, setelah semua selesai. Aku bakal tinggal di rumah Bunda di Surabaya."

"Balik ke kota lahir, ya?"

Senyum terpasang manis di wajahnya disambut dengan anggukan kecil. Surabaya, setidaknya ia lebih dekat dengan ibunda. Walaupun tiada.

"Kek nya yang bakal nyariin kamu pasti Yuukana. Dia selalu main sama kamu, mas nya aja sampe ditinggal," ucapnya diselingi tawa.

"Kamu sendiri? Disini atau pergi lagi?"

"Keknya aku bakal balik ke Jepang." "Lama-lama di Indonesia juga bosen, kalau ga perkara liburan dan kamu, aku juga ga bakal kesini."

Lagi-lagi, ia harus menyesal. Memutus hubungan dengan keluarga besar, banyak orang yang sayang.

Maaf tuan bila lancang, tapi diri harus pergi.

— Kenjira . ⌗PENAPAK

Komentar

Postingan Populer